Our Happy Time by Ji-young Gong
My rating: 4 of 5 stars
Ketertarikan saya untuk membaca novel ini muncul setelah membaca adaptasi manganya, yang berjudul Watashitachi no Shiawase na Jikan pada 2015 lalu. Saat mencari novelnya, saya menemukan bahwa novel ini telah diadaptasi juga menjadi film dengan judul Maundy Thursday.

Manga dan filmnya bagus membuat saya makin penasaran dengan novelnya.
Alhamdulillahnya ternyata novel 우리들의 행복한 시간 Uridurui haengbokhan sigan atau Our Happy Time ini sudah diterbitkan oleh Bentang Pustaka tahun 2012 lalu. Saya senang novel ini pernah diterbitkan namun ternyata saya kesulitan mencari novel ini di toko buku, mungkin karena sudah beberapa tahun yang lalu.
Saat akhir tahun 2015, Mizan mengadakan obral akhir tahun di bukabuku.com. Saya mencoba mencari tahu apakah novel ini tersedia. Statusnya sih di gudang suplier. Bismillah saya pun memberanikan diri untuk memesan dan akhirnya pada tanggal 12 Januari 2016, novel ini tiba di tangan saya.
Novel ini fokus pada dua tokoh, yaitu Yu Jeong dan Yun-su.
Yu Jeong adalah seorang perempuan yang sering dianggap memiliki segalanya. Dia dari keluarga kaya, pernah menjadi penyanyi terkenal saat kecil dan saat ini menjadi profesor di salah satu universitas. Seolah sempurna kan?
Tapi sebenarnya tidak begitu. Saat kecil dia menjadi korban pelecehan seksual oleh sepupunya. Dia berulang kali mencoba bunuh diri dan percobaan bunuh dirinya selalu gagal.
“Mengapa matahari tidak mengelilingiku? Mengapa kalian tidak ada saat aku kesepian? Mengapa orang-orang yang membenciku selalu menang? Mengapa dunia hanya mempertontonkan kesedihanku dan tak pernah sedikit pun berteman dengan kebahagiaanku?” -Yu Jeong
Sementara itu Yun-Su adalah terpidana hukuman mati. Baginya hidup tidak pernah menyayanginya. Ayahnya bunuh diri dan ibunya pergi begitu saja meninggalkan dirinya dan adiknya yang masih kecil.
“Masuk-keluar penjara sudah menjadi bagian dalam kehidupanku. Kegelapan pun mulai meresap ke dalam jiwa. Bagi diriku yang tak lulus SD ini, penjara sudah seperti tempat menuntut ilmu. Di tempat itu aku mempelahari berbagai macam ilmu, di antaranya seni kriminalitas, bahasa kebencian, dan teknik balas dendam.” -Yun Su
Mereka kemudian bertemu ketika Yu Jeong diajak Bibi Monika untuk melakukan kerja sosial dengan mengunjungi Rumah Tahanan Seoul.
Novel ini sarat dengan pesan-pesan baik.
Membaca novel ini membuka mataku tentang prasangka. Membuatku bertanya-tanya apakah orang yang selama ini kuanggap jahat memang benar jahat? apakah orang yang kuanggap baik benar-benar baik? Apakah orang yang kuanggap bahagia dan merasa iri, hidupnya benar-benar bahagia?
Kita tidak pernah tahu cerita lengkap kehidupan seseorang. Kita tidak tahu dibalik senyumannya dan tampak luarnya.
Masa saat pertama kali bertemu dengan orang aku bertanya begini , ‘Jadi kamu melakukan hal buruk ya, jadi disuruh menemuiku?’ Tidak mungkin, kan? Aku bertemu dengannya hanya untuk mendengar hal-hal yang ingin dia ceritakan. Dia yang kulihat hari ini adalah dia yang sesungguhnya, tak peduli masa lalunya. -Bibi Monika
Jika seorang penjahat bisa berubah menjadi malaikat, itu bagus sekali. Perkataan Tuhan itu seperti sihir.
Orang-orang itu takut pada kematian yang sewaktu-waktu datang ke hadapannya. Saat membunuh orang, mereka tidak takut, tapi sekarang begitu menyadari mereka akan mati, mereka menjadi takut lalu berubah menjadi orang yang baik. Wajar saja kalau sudah menghadapi kematian, sesorang akan berubah menjadi baik. -Bibi Monika
Buku ini juga mengajarkan agar kita tidak berhenti berharap bahwa seseorang bisa berubah menjadi lebih baik.
Kepada siapapun, kepada orang bengis atau jelmaan setan sekalipun, kita tidak boleh menyerah untuk mengubahnya menjadi lebih baik, kan. Karena kita tidak seluruhnya suci, karena kita tidak sepenuhnya tulus dan karena kita hanya manusia biasanya yang memiliki kebaikan dan keburukan, dalam hidup kita dapat memilih untuk bertobat atau berbuat dosa lagi. Oleh karena itulah, tidak ada kata selesai untuk memperbaiki diri kita sendiri.
Berdoalah. Bukan untuk para narapidada yang akan dihukum mati, bukan untuk para pendosa, melainkan untuk mereka yang berpikir dirinya tidak berdosa, untuk mereka yang mengganggap dirinya benar, untuk mereka yang merasa baik-baik saja… Berdoalah untuk mereka. -Bibi Monika
Berbeda dengan filmnya, saat menonton film aku menangis saat Yu Jeong mengatakan
: “Besok akan ada eskekusi! Akan ada yang mati. Mungkin kalau aku melakukan hal yang tak pernah kulakukan… kalau aku berkorban… Tuhan mau mengabulkan permintaanku. Kedengarannya bodoh, tapi Tuhan pasti tahu perasaanku. Ini adalah hal yang paling menyakitkan dalam hidupku, dibandingkan kematian sekalipun. Aku harap Tuhan melihatnya, lalu memberikan keajaiban.”
Namun saat membaca novel, hatiku justru terenyuh saat membaca catatan Yun Su
, terutama bagian:
Aku sudah memaafkanmu. Aku sudah melupakan firnah yang kau buat. Aku sudah melupakan pengkhianatanmu. Pengacara yang kau sewa dan membuatku untuk menjadi tersangka dalam kasus ini. Para polisi yang tidak melakukan penyelidikan dengan benar hingga menjadikanku seorang pemerkosa dan pembunuh. Pengacara dari pengadilan yang mengunjungiku dua kali, padahal dalam delapan bulan aku menjalani sidang sebanyak tiga kali. Jaksa penuntut yang tak sedikit pun tak menganggapku sebagai manusia. Hakim yang seperti Tuhan dan berpura-pura tenang saat memberikan vonis mati kepadaku. Semuanya sudah kumaafkan.
Novel ini mengajarkan tentang memaafkan kesalahan orang lain dan juga diri sendiri.
Sekarang kau harus berhenti menyalahkan. Bukan untuk orang lain, melainkan untuk dirimu sendiri. -Bibi Monika
O ia, quotes favoritku adalah:
Meskipun banyak yang mengatakan mustahil, aku yakin Yesus akan datang kepada orang yang membenci dirinya, seperti kau. Dia akan menyuruh dirimu menyayangi dirimu sendiri. Dia akan mengatakan betapa berharganya dirimu, suatu saat nanti ketika kau mengatakan kehangatan dari seseorang, mungkin itu tandanya kau telah menerima cinta. Anggaplah itu malaikat yang diutus Tuhan untuk mencintaimu. Meski baru bertemu denganmu hari ini, aku tahu kau adalah seorang laki-laki yang baik. Kejahatan tidak sepenuhnya menguasai dirimu. – Bibi Monika
Jujur tempo alur novel ini lambat, bukan tipe favoritku. Aku lebih suka cerita dengan alur tempo cepat. Tapi karena kisahnya yang menyentuh dan banyak pelajaran yang kudapatkan, jadi aku kasih 4 bintang untuk novel ini 🙂
Review ini diikutsertakan dalam East Asia Reading Challenge 2016
kmu selesai baca novel ini dalam berapa hari?
LikeLike
Selesai dalam 2 hari 🙂
LikeLike
[…] 1.Our Happy Time by Gong Ji-young 2. A Week-Long Journey by Altami N.D. 3. I’ll be Your Wife by Jho Hyo Eun 4. You Are The Apple Of My Eye by Giddens Ko 5. Her Sunny Side by Osamu Koshigaya 6. So, I Married The Anti-fan (Cover baru) by Kim Eun Jeong 7. I am You : It Started with the Rings by Ty SakuMoto 8. French Pink by Prisca Primasari 9. I am You: It Ended with the Kisses by Ty SakuMoto 10.Prosecutor Got Married by Senselly 11. The Housekeeper & the Professor by Yōko Ogawa […]
LikeLike