Fangirl by Rainbow Rowell

fangirl-rainbow-rowell-indonesia-cover

Judul/Title: Fangirl
Penulis/Author: Rainbow Rowell
Penerjemah/Translator: Wisnu Wardhana
Penyunting/Editor: Nyiblo
Proofreader: Dini Novita Sari
Design Cover: Bambang Bambi Gunawan
Ilustrasi isi/Content Illustator: @teguhra
Cetakan/Edition: Pertama, November 2014 (First, in November 2014)
ISBN: 978-602-71505-0-8
Jumlah halaman/Number of pages: 456

Sinopsis/Synopsis:

Cath dan Wren—saudari kembarnya—adalah penggemar Simon Snow. Oke, seluruh dunia adalah penggemar Simon Snow, novel berseri tentang dunia penyihir itu. Namun, Cath bukan sekadar fan. Simon Snow adalah hidupnya!

Cath bahkan menulis fanfiksi tentang Simon Snow menggunakan nama pena Magicath di Internet, dan ia terkenal! Semua orang menanti-nantikan fanfiksi Cath.

Semuanya terasa indah bagi Cath, sampai ia menginjakkan kaki ke universitas. Tiba-tiba saja, Wren tidak mau tahu lagi tentang Simon Snow, bahkan tak ingin menjadi teman sekamarnya! Dicampakkan Wren, dunia Cath jadi jungkir balik. Sendirian, ia harus menghadapi teman sekamar eksentrik yang selalu membawa pacarnya ke kamar, teman sekelas yang mengusik hatinya, juga profesor Penulisan Fiksi yang menganggap fanfiksi adalah tanda akhir zaman.

Seolah dunianya belum cukup terguncang, Cath juga masih harus mengkhawatirkan kondisi psikis ayahnya yang labil. Sekarang, pertanyaan buat Cath adalah: mampukah ia menghadapi semua ini?

Cath is a Simon Snow fan.

Okay, the whole world is a Simon Snow fan…

But for Cath, being a fan is her life—and she’s really good at it. She and her twin sister, Wren, ensconced themselves in the Simon Snow series when they were just kids; it’s what got them through their mother leaving.

Reading. Rereading. Hanging out in Simon Snow forums, writing Simon Snow fan fiction, dressing up like the characters for every movie premiere.

Cath’s sister has mostly grown away from fandom, but Cath can’t let go. She doesn’t want to.

Now that they’re going to college, Wren has told Cath she doesn’t want to be roommates. Cath is on her own, completely outside of her comfort zone. She’s got a surly roommate with a charming, always-around boyfriend, a fiction-writing professor who thinks fan fiction is the end of the civilized world, a handsome classmate who only wants to talk about words… And she can’t stop worrying about her dad, who’s loving and fragile and has never really been alone.

For Cath, the question is: Can she do this?

Can she make it without Wren holding her hand? Is she ready to start living her own life? Writing her own stories?

And does she even want to move on if it means leaving Simon Snow behind?

add-to-goodreads

Review:

Sekarang sepertinya aku mengerti mengapa Fangirl mendapatkan tanggapan yang beragam. Sebagian orang menyukai Fangirl dan sebagian lagi tidak. Aku sendiri juga begitu, aku menyukai sebagian buku ini dan kurang suka sebagian lagi.

Now I understand why Fangirl got a mixed review. Some people like Fangirl and some do not. It happened to me, too I liked some part of this book and did not like others.

Saat awal membaca buku ini, ekspektasiku cukup rendah karena telah membaca review yang beragam. Aku mengira Fangirl di bagian awal akan agak lambat dan akan semakin baik ke belakang. Namun ternyata tidak begitu. Aku terkejut mendapati diriku langsung menyukai bagian awal dari buku ini. Delapan puluh halaman pertama Fangirl seru dan menyenangkan dibaca.

At the beginning of this book, my expectation was quite low due to hearing mixed reviews. I thought Fangirl  will be a bit slow at the beginning and become better and better afterwards. But it was not like that. I was surprised to find myself immediately love the first part of this book. The first eighty pages of Fangirl was exciting and fun to read.

Tokoh utama dalam novel Fangirl, Cath adalah seorang introvert yang memiliki kesulitan beradaptasi dengan kehidupan di asrama kampus. Aku merasa aku juga begitu sehingga aku dapat dengan mudah mengidentifikasi diriku dengan Cath.

The main character in the novel Fangirl, Cath is an introvert who has trouble adapting to life on campus. I am also like that so I can easily identify myself with Cath.

“Aku tidak tahu dimana letak ruang makan”
“Kau sudah tinggal disini lebih dari sebulan”
“Aku tahu”
“Dan kau belum menemukan ruang makan?”
“Aku belum benar-benar mencari”

“—I don’t know where the dining hall is.”
“You’ve been living here more than a month.”
“I know.”
“And you haven’t found the dining hall?”
“I haven’t actually looked.”

Sayangnya 80 halaman selanjutnya membosankan. Aku merasa Rainbow Rowell ingin membuat pembaca penasaran dengan masalah yang dialami Ayah Cath. Sayangnya, alur cerita menuju terkuaknya masalah yang dialami ayah Cath berjalan lambat sementara aku ini tidak sabaran dan suka alur cepat, jadinya aku merasa bosan.

Unfortunately next 80 pages is boring. I think Rainbow Rowell want to make the reader curious about the problems that Cath’s father experienced. The story progress slowly while I am impatient and likes fast paced, I feel bored.

Hal lain yang membuatku kurang menikmati Fangirl adalah bagian Fanficnya. Aku kesulitan memahami fanficnya. Mungkin karena aku tahu kalau fanfic Simon Snow terinspirasi Harry Potter jadi bukannya membayangkan karakter baru, aku malah membayangkan Harry Potter sehingga fanficnya terasa tidak masuk akal bagiku.

Another thing that makes Fangirl less enjoyable for me is the Fanfic part. I had trouble understanding the Fanfic. I know that Simon Snow fanfic inspired by Harry Potter’so instead I imagine the new character, I imagined Harry Potter  and it made the fanfic part has no sense for me.  

Untungnya setelah itu, ceritanya kembali seru dan semakin baik hingga akhir. Aku mendapati diriku tidak berhenti membaca.

Thanks God,after that, the story goes better and better until the end. I find myself can not stop reading.

Aku suka bagian romancenya. Cerita cintanya manis. ❤  Aku meleleh ketika Levi memanggil Cath sweetheart. Soalnya aku bermimpi suamiku memanggilku sweetheart dan ketika membaca bagian Levi mengatakan sweetheart, rasanya seolah-olah aku yang dipanggil sweetheart.

I love the romance part. It is sweet love story ❤ I  melt when Levi called Cath sweetheart. I had a dream that my husband will call me sweetheart and when the reading the part where Levi called Cath sweetheart, it felt as though I was being called sweetheart.

Salah satu percakapan favoritku antara Cath dan Levi:

“Tapi itu tidak penting. Apapun yang kau katakan barusan tidak penting Cath. Dan sebagian besar bahkan tidak benar. Kita punya banyak kesamaan.Kita ngobrol sepanjang waktu-dulu. Dan itu hanya membuatku ingin bicara lebih banyak denganmu. Itu pertanda bagus.”
“Apa kesamaan yang kita miliki?”
“Kita saling menyukai.” kata Levi. “Apa lagi yang penting? Selain itu, dibandingkan dengan seluruh dunia, kita punya banyak persamaan. Kalau alien datang ke bumi, mereka bahkan mungkin tidak akan bisa membedakan kita.”

One of my favorite conversations between Cath and Levi:

“But it doesn’t matter. Nothing you just said matters, Cath. And most of it isn’t even true. We have lots of stuff in common. We talk all the time—we used to. And it just made me want to talk to you more. That’s a really good sign.”
“What do we have in common?”
“We like each other,” he said. “What more is there? Also, compared to the rest of the world, we have everything in common. If aliens came down to earth, they probably wouldn’t even be able to tell us apart.”

3 bintang untuk Fangirl!

3 star for Fangirl! 

Advertisement

7 thoughts on “Fangirl by Rainbow Rowell

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s