Penghuni Tanah Tabu by Tim @wisatamistis
My rating: 3 of 5 stars
Perasaanku bercampur aduk ketika mendapati aku diberikan novel horor oleh penjaga stand Gagasmedia di Festival Pembaca Indonesia setelah aku berhasil dalam kuis menebak cover. Jujur, Horror is not my cup of tea. Aku hendak protes dan meminta tukar dengan novel romance tapi aku takut aku malah diberi hadiah yang lebih jelek. Berdasarkan pengalaman pribadiku, jika aku tidak bersyukur akan pemberian pertama, bukan pemberian yang lebih baik yang akan kudapatkan, tapi lebih buruk. Aku berusaha menghibur diri dengan mengingatkan bahwa ini bukan kebetulan, Allah pasti punya rencana untukku.
Saat melewati stand bookswap yang disediakan panitia, aku sempat tergiur menukar novel ini dengan novel lain tapi di halaman pertama novel ini ada dua cap bertuliskan:
a.Novel ini tidak dijual
b. Persembahan pernerbit
Ketahuan gretongan (gratisan). Hehehehe
Atau aku berikan saja pada teman dekatku, Kathy? Dia suka cerita horor. Tapi saat ini dia sedang di Belanda, kayaknya ongkir ke Belanda bakalan mahal. Jadi kuurungkan niatku.
Aku pun membaca buku ini di Commuter Line dalam perjalanan dari Tanah Abang ke Depok. Pendapatku tentang buku ini setelah membaca:
Buku ini ditulis dengan baik. Ceritanya runut. Aku seperti sedang mendengar cerita seorang teman. Bagian favoritku adalah bagian prakata yang menjelaskan tentang sejarah dan kegiatan @wisatamistis. Tim wisatamistis adalah kumpulan orang awam yang mengunjungi tempat-tempat yang memiliki mitos untuk mencari tahu kebenaran mitos dari sisi sejarah dan spiritual. Selesai membaca bagian prakata membuat aku merasa ikut penasaran.
Kegiatan yang menarik!
Selesai dibuat penasaran, ternyata halaman selanjutnya menampilkan judul: Sejarah Gua Belanda. Membaca judul dan melihat layoutnya membuatku tiba-tiba merasa malas. Roman-romannya buku ini berusaha menakutiku. Ugh! Aku malas merasa takut.Kemudian aku mengingatkan diriku sendiri bahwa novel horor memang bertujuan menimbulkan rasa takut bagi pembacanya.
Aku pun memaksakan diri untuk membacanya. To my surprise, ternyata aku cukup menikmati cerita ini. Aku menemukan banyak persamaan antara novel horor dengan novel misteri (kalau misteri sih genre favoritku). Persamaannya adalah: sama-sama menimbulkan rasa penasaran, berdebar-debar, berantisipasi menemukan kejutan ketika membalik halaman demi halaman. Perbedaannya di bagian penjelasan. Jika membaca novel misteri aku akan menemukan penjelasan logis atas peristiwa atau kasus yang terjadi, dalam novel horor aku tidak menemukan hal tersebut.
Setiap kali di bagian penjelasan akhir, bola mataku memutar ke atas. Aku antara percaya dan tidak percaya ketika membaca bagian penjelasannya. Aku termasuk yang percaya setan dan jin itu ada, tapi aku percaya bahwa aku tidak bisa melihatnya. Jadi yahh…
Membaca novel ini membuatku belajar bahwa sesekali keluar dari genre favoritku ternyata baik juga. Aku belajar hal baru. Selain itu, membaca novel misteri membuatku tahu bahwa it is okay to be scared. Aku juga belajar aku lebih berani dari yang kukira dan aku dapat menghadapi rasa takutku.
Buat yang suka cerita horor, mungkin bisa baca novel ini.
Buat yang ngga suka cerita tapi tertarik baca, mungkin bisa coba baca
kalau kalian teman Hana dan mau pinjem. Boleh banget! Tapi Hana tidak bertanggung jawab atas efek yang ditimbulkan.
Hihihihi