The Final Note by Kevin Alan Milne

15761624The Final Note: Pesan-Pesan Cinta by Kevin Alan Milne

My rating: 5 of 5 stars

Aku tidak mempercayai penglihatanku ketika menemukan buku ini termasuk dalam pesta diskon akhir tahun Mizan dan tersedia di bukabuku.com. Aku suka dua karya Kevin Alan Milne sebelumnya, The Nine Lesson dan Sweet misfortune. Aku baru tahu ada karya lainnya yang telah diterjemahkan yaitu The Final Note. Aku tidak berpikir ulang untuk memesan dan membelinya.

Aku membaca hingga bab 11 di dalam kereta dari Jakarta Kota menuju Karawang. Sisanya kuselesaikan saat sudah tiba di Karawang.

Final Note menceritakan tentang kisah cinta Ethan dan Annaliese, dari mulai mereka bertemu hingga dekade pertama kehidupan rumah tangga mereka. Bagiku gambaran hubungan antara Ethan dan Annaliese realistis, mulai dari saat mereka jatuh cinta dan semuanya terasa mungkin hingga akhirnya mereka dihadapkan pada kenyataan hidup yang pahit. Deskripsinya sangat baik sehingga aku bisa memahami konflik-konflik yang dihadirkan saat mereka membuat keputusan sulit dalam hal cita-cita, karier, uang, cinta, keluarga dan waktu.

Aku suka buku ini. Buku ini berhasil memancing perhatianku, membuatku masuk ke dunianya dan melupakan dunia di sekitarku. Aku suka saat masa jatuh cinta Ethan dan Annaliese.

Kenyamanan yang terjalin antara kami “sangatlah alami.”. Kami tak perlu berpura-pura lagi. Kami memang cocok, bagaikan sepasang harmoni. Karena segala sesuatunya berjalan lancar, kami hanya butuh beberapa bulan untuk membicarakan kemungkinan untuk melanjutkan hubungan kami ke tahap yang lebih “serius” – mungkin hingga taraf yang tak lekang oleh waktu.

Aku lumer saat membaca ini:

“Seberapa jauh jarak yang akan kau tempuh untuk mengejarku?”
“Yah tergantung”
Ia menepuk lututku. “Maaf, Bergantung apa, ya?”
“Tergantung sejauh mana kau berada.”

tumblr_mg2wfcc1Rk1rrayxjo1_500

 

Banyak pelajaran yang dapat diambil dari buku ini, diantara tentang empati, tidak memendam amarah dan memaafkan.

Apa yang ingin kukatakan adalah semua cobaan ini memang terasa berat untukku, tapi belakangan ini aku mulai berpikir bahwa ini pun berat untukmu. Mungkin jauh lebih berat.

 

Momen traumatis dapat melukaimu, Ethan, jika kau tidak melakukan hal yang tepat. Itulah yang kupelajari sepanjang hidupku yang selalu dipenuhi luka hati. Aku juga menyadari bahwa sesuatu akan terlihat sangat buruk pada suatu saat, tapi itu kan hanya salah satu momen dalam hidup kita. ‘Badai pasti berlalu’, kata pepatah. Hal yang menimpaku memang sangat mengerikan, tapi aku masih bisa bertahan.

 

Jika kau memelihara sebuah kemarahan, buanglah itu. Sembuhkan dirimu dari amarah. Jika seseorang telah melakukan sesuatu yang salah kepadamu, biarkan saja mereka sendiri yang menuai balasannya. Dan lupakan saja kemarahanmu. Jangan kau sia-siakan waktumu demi sebuah amarah, meski hanya sedetik dalam hidupmu. Itu hanya perbuatan sia-sia. Itu tak akan bermanfaat untukmu. Itu tak akan bermanfaat bagi siapapun yang kaubenci.

*spoiler*Bagian nyaris akhir buku ini membuatku berlinang air mata dan bagian terbaiknya adalah kisah ini berakhir bahagia.
Alhamdulillah. 😀 *Spoiler*

Quotes-quotes yang aku suka dari buku ini:

Janji kepada Grandpa Bright
Aku akan selalu memperlakukan Ana bagaikan barang berharga. Sebab dimanapun barang berhargamu disimpan, disitu jualah hatimu berada.”

 

Pada suatu waktu semuanya tampak sempurna, dan pada hari selanjutnya segenap fantasinya hilang tanpa sebab dan peringatan.

 

Kami berhati-hati tidak terlalu menampakkan kebahagiaan. Kami sudah belajar dari pengalaman, bahwa semakin kau berharap, rasa sakitmu akan semakin besar

 

Aku pusing. Tentu saja aku bahagia untuk kesuksesan mereka, tapi di saat yang sama aku tiba-tiba merasa tidak berkecukupan. Mimpi-mimpiku sendiri selalu melibatkan ketenaran dan kekayaan, dan saat ini Stuart Burke, seorang maniak komputer yang secara sosial terbelakang, tiba-tiba saja memiliki banyak uang dan tak punya masalah di dunia ini. Apakah aku iri? Tentu saja. Diam-diam aku bersumpah, bagaimanapun caranya aku harus sukses juga.

 

Aku sering berpikir hidup ini sangat tidak adil. Lalu setelah kurenungkan kembali, bukankah akan lebih buruk jika hidup itu adil, dan apakah semua hal buruk yang menimpa kita itu datang karena kita pantas menerimanya? Jadi, sekarang aku akan mengambil keuntungan dari segala macam kejahatan dan ketidakadilan di alam semesta.

 

Karena aku sudah lelah mengenang masa lalu. Semua hal yang pernah kuiingat selama perang−hal-hal yang pernah kuiingat, hal-hal yang pernah kulakukan−semua itu tidak hilang begitu saja saat aku pulang ke rumah. Semuanya selalu menghantui pikiranku… Selalu tersimpan di hatiku. Beberapa kali semua itu membuatku sangat marah. Terkadang aku juga merasa sangat bersalah, akibat tindakanku yang telah menghancurkan keluarga yang tak bersalah itu, juga atas apa yang terjadi pada Karl. Akhirnya kuputuskan bahwa aku tak ingin mengingat lagi semua perasaan itu.

 

Itu tak mudah tentu saja. Tapi setelah mengalami dua kejadian saat kau harus memaafkan dan dimaafkan, aku mampu mengatakan kepadamu bahwa satu-satunya cara untuk menyembuhkan dirimu adalah dengan memaafkan.

 

Hati kita sebenarnya dapat memulihkan diri dari sebuah luka akibat kehilangan seseorang, bahkan orang yang paling kau cintai sekalipun.

 

Bukan kesedihan yang membuatku terpuruk, Ethan. Kemarahankulah yang membuatku terpuruk. Aku marah kepada Tuhan, kepada dokter, dan kepada siapapun yang bisa aku kambinghitamkan. Namun, luka hatiku ternyata tak mampu kusembuhkan dengannya. Luka itu semakin bernanah, seperti penyakit yang membunuh ibumu.

 

I strongly recommend you to read this book 😀
View all my reviews

2 thoughts on “The Final Note by Kevin Alan Milne

Leave a comment