My rating: 3 of 5 stars
Paragraf akhir dari sinopsis novel ini misleading. Sumpah aku menyangka ini kisah dua orang yang berani menikah muda, ternyata bukan! Novel ini menceritakan tentang kisah cinta antara dua orang teman dari kecil, Keara dan Sena.
Bagian awalnya mengecewakanku. Aku kecewa karena aku punya ekspektasi besar terhadap novel ini. Karya Fahd yang sebelumnya, Rumah Tangga berhasil menyentuh emosiku. Aku menangis di bagian awal. Aku mengharapkan hal serupa akan terjadi, namun sayangnya tidak.
Bagian awal yang tidak sesuai ekspektasi membuat moodku turun drastis dan sempat kehilangan minat membaca. Saking kecewanya, aku berancang-ancang memberi rating 2 untuk novel ini, bukan 5 seperti rumah tangga. Tapi jika dipikir-pikir, bukan salah Fahd juga. Aku yang salah karena aku punya ekspektasi besar terhadap Fahd. Mungkin seharusnya aku tidak punya ekspektasi sebesar itu terhadapnya.
Don’t blame people for dissapointing you, blame yourself for expecting too much for them.
Aku berusaha menumbuhkan minat membaca buku ini mengingatkan diriku bahwa aku rela menunggu hingga jam 12 malam untuk ikut serta dalam pre-order buku ini dan berharap termasuk salah satu yang pertama mereview buku ini. Aku juga mengingatkan diriku akan motivasi membacaku yang lain: aku penasaran dengan kisah cintanya Fahd dan istrinya Rizqa. Fadh bilang buku ini adalah versi fiksi kisah cintanya.
Aku melanjutkan kembali membaca novel tersebut dan menemukan bahwa semakin ke tengah hingga akhir, novel ini makin baik.
Aku mulai suka novel ini ketika membaca bagian :
Kali pertama berjalan berdua denganmu, Key, ada rasa bersalah begitu besar yang mengganjal dalam hatiku. Dosa yang terasa begitu berat membebani timbagan imanku. Sesuatu terus-menerus memberi tahuku, “Ini salah. Ini salah, Sena!”
Ceritanya makin membaik,tidak lagi terasa bertele-tele. Makin banyak pesan dan dan maknanya juga. Aku makin suka 😀
Bagian yang paling aku sukai adalah konflik batin yang dialami Sena dalam mencintai Keara.
“Maka, perlahan tapi pasti, aku pun menjauh darimu, menarik diri dari segala hal yang mungkin menghubungkanku dengan mu.
Aku ingin menjagamu, Key. Aku tak mau merusakmu.”
“Sebenarnya Tuhan tengah memberi tahu kita bahwa tak ada yang salah dengan rasa bersalah. Bahkan, boleh jadi rasa bersalahlah yang membuat semua kerja penebusan dosa menemukan maknanya.”
“Aku yakin Tuhan bukan penulis amatiran sepertiku. Dia telah menuliskan kemungkinan cerita yang tak terbatas jumlahnya, lalu meletakkan kita diantara semuanya. Dengan satu dan lain alasan, kita menjadi tokoh yag menentukan arah kita sendiri.”
Bagian yang paling mengejutkan dan membuat berpikir adalah ketika muncul pernyataan “Jodoh paling sempurna yang kucari ternyata bernama kematian.”
Membaca ending novel Jodoh menimbulkan rasa puas yang membuncah.
Kemudian bertanya-tanya mengapa aku tidak menangis selama membaca novel ini,
mengingat Istrinya Fadh mengaku menangis membaca novel ini? Hmmm…
Anyway, harus aku akui Fahd piawai memilih topik. Novel ini membuatmu berpikir lagi tentang apa sebenarnya itu jodoh.
*Spoiler alert*
Aku tidak menyangka ketika menemukan pernyataan:
Kita berjodoh meski kita tidak menjadi kekasih yang menikah, tinggal bersama, memiliki anak-anak dan hidup bahagia hingga mau memisahkan kita.
Kita berjodoh meski impian dan rencana-rencana kita tak tercapai. Kita berjodoh karena bagaimanapun Tuhan telah mengizinkan kita bertemu, menuliskan kisah kita berdua, dan berbahagia di salah satu persimpangan kehidupan yang pernah kita alami.
Dari menonton film-film Tiongkok, aku sudah tahu bahwa jodoh memiliki makna luas, tidak sebatas pasangan yang menikah. Kalau ketemu ya jodoh/berjodoh. Aku hanya tidak menduga akan menemukan hal tersebut di buku ini.
O ia, poin plus lain buku ini adalah nilai-nilai islam yang disisipkan tanpa terkesan menggurui 🙂
Aku suka 😀
Selain itu, aku jarang menemukan buku yang bagian awalnya mengecewakan tapi bagian tengah dan akhirnya bagus sehingga mengubah mood yang down jadi membaik.
So 3 bintang untuk Jodoh!
Selamat merenung dan memaknai jodoh!
Udah lama ngelirik buku ini Han. Semoga buku-buku yang mengantri bisa cepat selesai. Lagi nggak produktif baca nih. Huhuhu. Btw, blognya bagus, Hana! 🙂
LikeLiked by 1 person
gue punya kalau loe mau pinjem 😀 tapi harus nunggu satu antrian dulu.. salah seorang temen udah duluan bilang pinjem 😀 wah.. lagi nimbun buku ya? udah berapa buku yang ketimbun?
Alhamdulillah makasih pujiannya Goma! 😀
LikeLike
Makasih Hanaaa. Tapi kayanya bakal beli dalam waktu dekat ini. Mulai melirik buku-bukunya Fahd nih. Wah, jangan ditanya Han. Banyaaak timbunannya. Hahaha.
LikeLiked by 1 person
Sip 😀 gpp banyak timbunan berarti kan udah punya niat baca. tinggal eksekusinya 😀 hehe tahun 2014 dan 2015 gue gitu kok.. Alhamdulillah buku yang ditimbun tahun 2015 tinggal sisa 1 yang belum kebaca.. selamat membaca goma 😀
LikeLike